Saudaraku yang pernah
melaksanakan ibadah haji, tentu sudah tak asing dengan kawasan
bernama Muzdalifah. Muzdalifah adalah daerah terbuka di antara Mekah dan
Mina di Arab Saudi yang merupakan tempat jamaah haji diperintahkan untuk
singgah dan bermalam setelah bertolak dari Arafah.
Kawasan
Muzdalifah terletak di antara Ma'zamain (dua jalan yang memisahkan dua gunung
yang saling berhadapan) Arafah dan Lembah Muhassir. Luas kawasan ini sekitar
12,25 km persegi dan di sana terdapat rambu-rambu pembatas yang menentukan
batas awal dan akhir Muzdalifah.
Biasanya, setelah melaksanakan Wukuf
di Arafah, jamaah haji akan bergerak menuju Muzdalifah pasca terbenamnya
matahari atau di waktu Maghrib. Di Muzdalifah, jamaah haji akan melakanakan Sholat Maghrib
dan Isya secara Jamak Qashar (digabungkan dan disingkat) dan bermalam di sana
hingga waktu Fajar. Di Muzdalifah ini juga jamaah haji akan mengumpulkan batu kerikil
yang bakal digunakan untuk melempar Jumrah.
Selain
fungsinya yang sangat penting dalam pelaksanaan ibadah haji, Muzdalifah juga
menyimpan sejarah menarik seputar penamaannya. Ada
beberapa riwayat yang menerangkan asal-usul penamaan Muzdalifah.
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa tempat tersebut dinamakan Muzdalifah karena manusia mendatanginya pada permulaan malam (atau tengah malam). Riwayat lain mengatakan bahwa dinamakan begitu karena manusia meninggalkannya secara serentak. Sementara dalam versi lain disebutkan bahwa Adam dan Hawa pernah berkumpul suami-istri di Muzdalifah. Demikian, Allahu