Masjid
Qiblatain merupakan saksi dari perpindahan kiblat salat umat Islam. Bagi jemaah
haji yang telah selesai menunaikan rukun Islam ke-5, bisa mendatangi masjid ini
untuk mengetahui sejarah kiblat salat.
Dulu,
tempat ibadah yang terletak di Al Qiblatain, Madinah, ini bernama Masjid Bani
Salamah. Pada bulan Rajab tahun ke dua Hijriyah, Nabi Muhammad mendapat wahyu
untuk memindahkan kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram.
Ketika
itu, Nabi Muhammad sedang salat menghadap Baitul Maqdis di Yerusalem. Tetapi,
Allah menurunkan wahyu yang menjawab doanya selama ini. Wahyu yang terekam
dalam surat Al Baqarah ayat 144 itu memerintahkan Nabi Muhammad berpaling ke
Masjidil Haram, Makkah.
Ketika
wahyu itu turun, Rasulullah sedang melaksanakan salat dua rakaat. Mengenai
salat yang dikerjakan Rasulullah, ada dua versi penyebutan. Satu versi menyebut
Rasulullah sedang menjalankan salat Zuhur, versi lainnya menyebut salat Ashar.
Setelah
perintah itu turun, Rasulullah mengubah posisi kiblatnya dengan memutar 180
derajat ke arah kiblat baru. Para jemaah segera mengikuti perpindahan arah
kiblat itu.
Catatan
perubahan kiblat salat itu dapat pula dibaca pada Hadits Riwayat Ahmad nomor
13523.
"Telah
menceritakan kepada kami 'Affan Telah menceritakan kepada kami Hammad dari
Tsabit dari Anas Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam salat menghadap Baitul
Maqdis, lalu turunlah ayat: "Sungguh kami (sering) melihat mukamu
menengadah ke langit, maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang
kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram" maka ada seorang
laki-laki dari Bani Salamah yang lewat ketika mereka (para sahabat
Radliyallahu'anhum) sedang rukuk Salat Subuh rakaat ke dua, lalu ia menyeru:
ketahuilah kiblat telah diubah, ketahuilah kiblat telah diubah ke Kakbah!.
(Anas bin Malik Radliyallahu'anhu) berkata; maka mereka bergeser dalam posisi
salat ke arah kiblat."
Jejak
penanda kiblat lama itu masih terekam di Masjid Qiblatain. Salah seorang penjaga masjid,
Mohammed Ismail, menunjukkan penanda arah kiblat lama itu terletak di bagian
atas pintu masuk yang sejajar dengan kiblat baru.
Penanda itu berbentuk batu
marmer berwarna putih gading dengan ukiran mirip sajadah.
"Kamu
dapat lihat contoh mihrabnya di pintu 4," kata Ismael.
Menurut
dia, Masjid Qiblatain telah mengalami berbagai perubahan. Perubahan yang kini
dapat disaksikan merupakan hasil pemugaran pada 1987 di bawah perintah Raja
Fahd.
Hasil
renovasi itu difokuskan pada satu mihrab yang menghadap kiblat. Mihrab yang
baru dibuat dengan ornamen ortogonal.
"Masjid
ini kini dapat menampung 4.000 jemaah," ujar Ismael.
Untuk
jemaah perempuan, Ismael mengatakan, dapat salat di bagian bawah.
Reporter: Maulana
Kautsar
Sumber: Dream.co.id